Syekh Haji Abdul Muhyi
PAMIJAHAN
Bagi sauada yang berada di Jawa Barat
Pamijahan Mungkin tidak asing lagi, Pamijahan adalah sebuah kampung yang
letaknya di pinggir kali, sehingga dimana kali itu banjir, biasanya kampung itu
tertimpa banjir seperti yang pernah dialami sampai beberapa rumah hanyut
terbawa air bah.
Pamijahan itu sebagai ibu kota Kedusunan,
juga sebagai Ibu Kota Desa Pamijahan (yang dulunya Desa Bongas), kecamatan
Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat.
Di sana ada sebuah makam Waliyullah yang
telah dikenal sejak nenek moyang penduduk Pamijahan, yang bernama : SYEKH HAJI
ABDUL MUHYI" bin Sembah Lewe Wartakusumah dari seorang ibu yang bernama :
R. Ajeng Tanganijah.
Asal Mulanya
Menurut sumber yang dapat di percaya pada
Bulan Rabiul Awal sekitar tahun 1109 H/1688 M, datanglah Cendekiawan dari
daerah Kuningan Cirebon. Mengenai perkiraan tahun datangnya yaitu dihubungkan
dengan berdirinya Mataram dan Sunan Gunungjati Cirebon. Hubungan dengan Mataram
karena ada surat dari Mataram ke Pamijahan mengenai pengistimewaan
daerah/daerah pasidkah (surat ada di Pak Kuncen). Sedangkan tersiarnya Agama
Islam di Mataram pada tahun 1525 M.
Hubungan dengan Cirebon (Fatetehan/SG.
Jati) karena banyak waktu datang di Darma Kuningan sudah banyak penganut Agama
Islam, sedangkan penyebar Agama Islam di sana adalah Faletehan sejak tahun 1527
M, dan selanjutnya termashurlah beliau sebagai Sunan Gunung Jati sejak tahun
1552 M.
Silsilah
Syekh Haji Abdul Muhyi
Garis Ketururan dari Ayah
Ratu Caluh
Ratu Puhun
Kuda Lanjar
Mudik Cikawung Ading
Entol Penengah
Sembah Lebe Wartakusumah
Syekh Haji Abdul Muhyi
Garis Keturunan dari Ibu
Baginda Nabi Muhammad SAW
Sayyidatina Siti Fatimah
Sayyidina Husain
Sayyidina Zainal Abidin
Sayyidina Syekh Ja'far Sidik
Sayyidina Syekh Kasim Al-Kamil
Sayyidina Syekh Isa Al-Basri
Sayyidina Syekh Abdul Abu Najii
Sayyidina Syekh Ubaidillah
Sayyidina Syekh Muhammad
Sayyidina Syekh Almy
Sayyidina Syekh Ali Al-Gayam
Sayyidina Syekh Muhammad
Sultan Abdul Fatah Raja India
Sultan Abdul Khan Jalaludin
Syekh Jamaluddin Al-Husen
Syekh Maulana Ibrahim Zainal Akbar
Syekh Ali Maulana Ali Murtadhu
Syekh Maulana Ishak
Syekh Sunan Ciri Raden Paku
Syehk Pangeran Laya Atam Sunan Giri Laya
Syekh Adi Pati Wiracandra
Kentol Sambirana
Ny. Ra. Ajeng Tangadijah
Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyullah
Beliau dilahirkan di Mataram dan dibesarkan di
Gresik. Pendidikannya, semasa kecilnya menuntut ilmu Agama Islam di gresik dan
Ampel, selanjutnya kira-kira usia 19 tahun beliau pindah ke Kuala daerah Aceh
selama delapan tahun. (Dari tahun 1088 - 1096 H / 1667 - 1675 M).
Gurunya di Kuala bernama Syekh ABDUL RA'UF
bin ABDUL JABAR bin ABDUL QODIR Bagdad.
PERGI KE BAGDAD dan NAIK HAJI
Pada usia 27 tahun beliau dan
teman-temannya di bawa ke Baghdat oleh gurunya (Syekh Abdul Ra'uf). Di sana
pernah berziarah ke makamnya Syekh H. Abdul Qodir dan terus menuntut Ilmu Agama
Islam pula, kemudian langsung dibawa ke Makkah Mukarramah, untuk menunaikan
ibadah haji.
Ketika itu semuanya (rombongan beliau)
berada di Baitullah tiba-tiba Syekh Abdul Ra'uf mendapat ilham bahwa diantara
santrinya itu akan ada yang mendapat kelebihan (yang menunjukkan tanda
kewalian).
Isi ilham tersebut menyatakan bahwa
manakala tanda itu telah tampak padanya maka Syekh Abdul Ra'uf harus segera
menyuruh orang itu pulang dan harus mencari GOA yang ada di pulau Jawa bagian
Barat untuk menetap/bermukim di sana.
Goa itu sebenarnya bekas Syekh H. Abdul
Qodir Jaelani sewaktu menerima Ijazah Ilmu Agama Islam dari gurunya yaitu Imam
Sanusi.
Pada suatu saat sekitar waktu Ashar Syekh
Abdul Muhyi dengan teman-temannya sedang berkumpul di Masjidil Haraan tiba-tiba
datanglah cahaya langsung menuju wajah Syekh Abdul Muhyi dan hal itu diketahui
oleh gurunya (Syekh Abdul Ra'uf).
Ketika melihat kejadian itu Syekh Abdul
Ra'uf terkejut dan ia ingat ilham yang pernah diterimanya. Setelah
dipikir-pikir olehnya ia yakin bahwa hal itu ialah tanda kewalian yang sedang
ditunggu-tunggunya berdasarkan ilham yang diterimanya.
Namun hal ini dirahasiakan meski kepada
santrinya sekalipun.
PULANG DARI MAKKAH MUKARRAMAH
Setelah ada kejadian terhadapa diri Syekh
H. Abdul Muhyi itu maka Syekh Abdul Ra'uf dengan tak ragu-ragu lagi, segera
membawa mereka pulang ke Kuala, dan setibanya di Kuala segera memanggil Syekh
Abdul Muhyi lalu disuruhnya pulang ke Gresik selanjutnya harus mencari Goa yang
telah dibicarakan di atas serta apabila telah telah diketemukannya harus
menetap di sana.
Setelah Syekh Abdul Muhyi mendapat perintah
dari gurunya itu lalu pulang ke Gresik. Setibanya di Gresik beliau
memberitahukan segala perintah gurunya kepada Ayah bundanya kemudian mohon izin
dan doa restu untuk melaksanakan perintah gurunya itu.
Mendengar keterangan itu ayah bundanya
bukan main merasa gembiranya karena putranya telah mendapat kepercayaan dari
gurunya, tentu saja segala permohonannya dikabulkan.
Tidak lama kemudian Syekh H. Abdul Muhyi
pergi meninggalkan Gresik menuju ke arah barat hingga sampai ke daerah Darma
Kuningan Cirebon.
MENETAP DI DARMA KUNINGAN
Pada wakti istirahat di Darma Kuningan
beliau disambut oleh penduduk warga di sana dan bercakap-cakap yang kebetulan
mereka itu telah menganut agama Islam. Penduduk di sana sangat tertarik oleh
perilaku beliau yang ramah itu, lebih-lebih setelah mereka mengetahui bahwa
beliau seorang yang berpengatahuan tinggi terutama mengenai Ilmu Agama Islam.
Maka dari itu mereka menahan beliau agar
menetap di sana untuk membina, membimbing, dan mendidik mereka atas permohonan
mereka itu beliau mengabulkan dan menetap di sana selama tujuh tahun.
Berita Syekh H. Abdul Muhyi menetap di sana
tercium oleh ayah bundanya sedangkan tujuan utama beliau itu harus mencari Goa
di Pulau Jawa Bagian Barat. Maka dari itu Ayah bundanya menyusul dan ikut
menetap di sana untuk sementara.
MENINGGALKAN DARMA KUNINGAN
Kurang lebih tujuh tahun lamanya Syekh
Abdul Muyhi beserta Ayah Bundanya menetap disana kemudian mohon diri kepada
penduduk di sana untuk melanjutkan perjalan atas perintah gurunya.
Dari Darma Kuningan beliau pergi bersama
Ayah bundanya menuju Daerah selatan hingga sampai di daerah Pameungpeuk, Garut
Selatan di sana mereka hanya menetap kurang lebih dua tahun. Didaerah itu
berkenaan pula karena Ayahnya (Sembah Lewe Wartakusumah) menerima panggilan
Allah SWT meninggal dunia dan dimakamkan di kampung Dukuh di tepi Kali
Cikaengan.
MENUJU LEBAKSIUH
Dari Peneunpeuk beliau beserta ibundanya
pergi menuju Lebaksiuh. Di kampung Batuwangi yaitu di perjalanan ke Lebaksiuh
beliau ditahan pula oleh penduduk di sana untuk menetap seperti di daerah
lainnya yang pernah beliau singgahi atau lalui.
Dengan beberapa pertimbangan permohonan itu
beliau kabulkan pula, selama beliau menetap di sana tidak di dapat keterangan.
Dari sana beliau beserta ibundanya terus
menuju Lekaksiuh dan disana menetap kurang lebih selama empat tahun. Sewaktu
beliau ada di Lebaksiuh pernah mendapat gangguan dari penganut agama lain,
namun tidak menjadi masalah atau kerugian bahkan agalam Islam makin tersebar
luas.
Gangguan yang pernah dialami di Lebaksiuh
diantaranya belaiu pernah didatangi dua orang tokoh yang bernama Embah Ibra dan
Embah Asmun.
Ketika mereka datang kesana menurut
keterangan Syekh H. Abdul Muhyi sedang melaksanakan Sholat saat beliau sedang
sujud. Keadaan semacam itu dianggap sangat menguntungkan bagi para Embah karena
yang dianggap musuhnya itu kebetulan sedang membelakanginya. Pada saat itu juga
diantara Embah itu akan menghantam dari belakang. (Entah mau memukul, entah mau
menendang) tidak didapat keterangan, pokoknya akan menghantam dari belakang.
Namun karena keramatnya yang diberikan
Allah kepada Syekh H. Abdul Muhyi, Embah itu tidak berhasil maksudnya karena
tangan dan kakinya terangkat tidak dapat bergerak lagi. Setelah beliau selesai
Sholat, waktu melihat kebelakang, beliau kaget melihat orang berdiri di
belakangnya dengan anggota badannya terangkat (tangan dan kakinya) lalu
bertanya : kenapa anggota badan saudara terangkat begitu ?"
Si Embah menjawab dengan terus terang apa
yang akan diperbuatnya tadi dan kemudian memohon ampun dan memohon supaya disembuhkan
kembali.
Mendengar keterangan dan permohonan ampunan
si Embah itu, lalu Syekh H. Abdul Muhyi memohon kepada Allah SWT, agar si Embah
itu dapat di ampungi dan disembuhkan kembali.
Karena Keramatnya itu do'anya dikabulkan.
Setelah si Embah sembuh kembali bukan berterima kasih akan tetapi melahirkan
rasa takabur dan seketika itu pula salah seorang diantara si Embah itu akan
membunuhnya dengan golok panjang yang mereka bawa. Tanpa dipikirkan lagi lalu
si Embah mencabut goloknya itu.
Namun apa yang terjadi ? Tak henti-henti
goloknya terus menerus menjadi panjang sehingga ukuran kekuatan panjang
tangannya sudah habis namun golok tak kunjung keluar dan tak dapat dimasukkan
juga tangannya terus melekat pada hulu golok itu.
Dengan kejadian yang kedua kalinya maka
Syekh H. Abdul Muhyi bertanya lagi kepada mereka berdua," Apakah kalian
mau terus menerus menuruti nafsu angkara murka atau mau mengikuti
petunjuk-petunjukku?"
Karena si Embah sudah kepepet atau tak
sanggup lagi melayani kekuatan beliau maka dengan rasa yang benar-benar
disadari dan diinsyafi mereka menyerah dan akan mengikuti segala petunjuk
beliau bahkan sekaligus akan menyerah bersama para pengikutnya (masuk agama
Islam). Itulah sebagian kejadian semasa beliau menetap di Lebaksiuh.
Goa Saparwadi
Untuk lebih tenang dan tentram melaksanakan
ibadah kepada Allah SWT beliau terus menerus mencari tempat yang dipandang akan
lebih tenang dan senantiasa berdo'a kepada Allah SWT semoga Goa yang sedang
dicarinya segera ditemukan.
Tak lama kemudian sampailah ke sebuah
lembah dan disana menemukan sebuah goa yang tanda-tandanya sesuai dengan
petunjuk gurunya. Lembah itu di beri nama "MUJARRAD" yang artinya
tempat penenangan (tempat nyirnakeun manah; dalam bahasa Sunda). Tidak jauh dari
sana di sebelah timur di bangun sebuah kampung diberi nama
"SAFARWADI" artinya berjalan di atas jurang. Kampung itu sekarang
disebut "PAMIJAHAN".
KENAPA KAMPUNG ITU DISEBUT PAMIJAHAN ?
Sebab kampung itu sering didatangi
orang-orang untuk berziarah ke makamnya Syekh H. Abdul Muhyi Waliyullah. Karena
banyaknya yang berkunjung dan waktunya tidak sama, maka keadaan orang disitu
hilir mudik seperti ikan yang akan bertelur (mijah dalam bahasa Sunda).
Jadi arti Pamijahan itu benar-benar
mempunyai arti tempat ikan bertelur, bukan berarti Pemujaan.
Karena itu mohon dengan hormat kepada para
pendatang yang berkunjung ke Pamijahan, benar-benar bermaksud berziarah
berdasarkan tuntunan Agama Islam.
Perlu diketahui keluar biasaan Syekh H.
Abdul Muhyi, dari manusia biasa, yaitu sebagai berikut :
Kejadian di Lebaksiuh menghadapi Embah
Ibra.
Datang di Pamijahan sekitar usia 40 tahun.
Memimpin di Pamijahan sekitar 40 thaun.
Datang di Pamijahan pada bulan Rabiul Awwal
Wafat pada bulan Rabiul Awwal pula.
Hal
ini dianggap luar biasa dari manusia biasa. Dilahirkan sekitar tahun 1069
H/1648 M. Wafat sekitar tahun 1149 H/1728 M.
Tidak didapat keterangan tahun berapa
ibunya meninggal hanya diketahui bahwa ibunya pun di makamkan di sebelah
selatan Kampung Pamijahan kurang lebih 200 M dari kampung itu sedangkan Syekh
G. Abdul Muhyi dimakamkan di sebelah Barat laut Kampung Pamijahan di tepi Kali
Cipamijahan.
METODE PENGEMBANGAN AGAMA ISLAM
Beliau itu termasuk seniman, maka cara
pengembangan Ilmu Agama Islam dengan seni, diantaranya :
Mengajar membaca Al-Qur'an dengan seni
bacanya.
Mengajar do'a-do'a lain dengan istilah
mantra atau jampi.
Caranya :
Diwaktu senggang beliau biasa membaca
Al-Qur'an tentu saja dengan seni bacanya. Karena seni bacanya yang indah tentu
penduduk di sekitar itu tertarik, sehingga banyak yang berdatangan ingin
belajar membaca Al-Qur'an.
Coba Renungkan dan simak :
Suara yang mengetarkan bulu roma dengan
Pembacaan Kitabulla dalam Shalat
Untuk memenuhi permintaan para pendatang
itu beliau tidak langsung memberi pelajaran membaca Al-Qur'an, melainkan :
Hanya belajar lagunya dengan cara senandung
Kemudian diberi cara/syarat mengenai :
Memegang, membawa, dan membaca Al-Qur'an.
Cara atau syarat yang dimaksud itu ialah
mengenai pembacaan "DUA KALIMAT SYAHADAT" kemudian cara berwudhu dan
lain sebagainya, dengan maksud untuk membawa mereka masuh Agama Islam.
Dengan Cara Mantra :
Bagi para petani beliau memberi do'a untuk
bercocok tanam agar mendapatkan hasil yang lebih banyak. Bagi para seniman
beliau memberi do'a untuk kekuatan badan karena pada masa itu bila ada
pementasan kesenian dilanjutkan dengan ada kekuatan dan pada masa itu baru ada
grup rebana. Tingkat demi tingkat terus beliau ajarkan seperti mengenai
keuntungan atau keutamaan membaca Al-Qur'an dapat menimbulkan ketenangan,
kesucian, dan rasa karena Allah. Lebih-lebih membaca Al-Qur'an diwaktu sholat
keuntungannya itu berlipat.
Tak heran lagi kalau penduduk di sana
serempak minta segera diajarkan cara-cara shalat karena ingin mendapatkan
keuntungan yang berlipat dari hasil membaca Al-Qur'an di waktu shalat.
Begitulah cara penyampaiannya pada masa itu menurut keterangan yang diperoleh.
PUTRA DAN PUTRINYA
Menurut silsilah yang diterima
putera-puterinya ada 18 orang dari Empat orang isteri ialah :
1.
SEMBAH BAHTA
Syekh Abdullah
Dalem Bojong
Syekh Faqih Ibrahim
Ny. Madya Kusumah, diperistri oleh Syekh
Najmudin Lengkong Kuningan
2.
SEMBAH AYU FATIMAH
Syekh Kiai Nadzar
Syekh Atam
Ny. R. Usim
Ny. R. Arunah
Ny. R. Hatisah
3.
SEMBAH AYU SELAMAH (R. AJANG HALIMAH) Binti R. Tumenggung Anggadipa
Wiradadaha ke III Bupati Sukapura (Dalem Sawidak)
Kiai Bagus Muhammad
Ny. R. Siti
Ny. R. Ajeng diperistri oleh R. H. Ajeng
Wajah (Syekh H. Abdul Wajah) Makamnya di Gunung Sari Banaraga Ciamis.
4.
SEMBAH AYU WINANGUN
Ny. R. Candra
Ny. R. Ajeng Enur
N. R. Jabaniah
N. R. Ajeng Nidor
R. Bagus Atim
R. Ali Akbar.
HAL-HAL YANG DIANGGAP PENTING
Kebudayaan Asli
Atap rumah berbentuk pelana menjulur dari
arah timur ke barat maksudnya mengajak penduduk di situ berkiblat kepada Allah
SWT sambil berjema'ah.
Tata tertib Ziarah
Mulai masuk pintu gerbang dilarang :
Merokok, naik sepeda, motor dan lain
sebagainya.
Masuk ke makam memakai : Sepatu, sandal,
topi, payung kecuali bila keadaan hujan.
Merokok
Menurut keterangan yang diterima beliau
suka merokok, namun setelah terjadi sesuatu terhadapnya karena merokok, maka
sejak itulah beliau berhenti merokok dan kepada anak cucunya melarang merokok
dekat-dekat kepadanya, (jangan sampai tercium baunya) hal ini tentu ada
alasannya dan ada hikmatnya.
Dengan adanya larangan itu maka penduduk di
sekitar itu mengadakan batas merokok dari semua arah; Barat, Timur, Utara,
Selatan. Setelah beliau wafat, batas merokok itu diperluas lagi sebagai
penghormatan jasanya, karena sebelum beliau wafat batas merokok itu hanya di
sekitar Kampung Pamijahan saja tidak seluas seperti sekarang.
Hikmatnya dari dilarang merokok itu kita
ambil kesimpulan bahwa mengenai pekerjaan yang makruh saja sudah dilarang
apalagi yang haram.
Barang siapa yang ingin berziarah hendaknya
mematuhi tata tertib di bawah ini :
Secara umum diwajibkan lapor/daftar diri ke
POS HANSIP di Terminal Kaca-kaca secara khusus mendaftarkan diri ke Staf
Kuncen.
Pergi berziarah mohon berbusana muslim,
sekurang-kurangnya berpakaian sopan.
Seusai berziarah pergi mengunjungi Goa
Saparwadi
Pergi ke makamnya Syekh Khotib Muwahhid di
Panyalahan.
Mengindahkan peraturan yang berlaku di
sekitar penziarahan Pamijahan, terutama mengenai keteriban keamanan,
kebersihan, dan keindahan di makam Pamijahan, Panyalahan, Bengkok, R.
Yudanagara Pandawa termasuk di dalam Goa.
Dimohon dengan hormat tidak membuat
coretan-coretan pada fisik bangunan (kuburan, dinding makam, pinggir jalan, dan
lain sebagainya).
Kalau mau pulang harus pamit dulu kepada kuncen.
Lama berziarah maksimal tiga hari.
Untuk Ke Pamijahan lihat di Peta
Urutan Penembahan Pamijahan yang ada
keterangannya :
Sembah Imam Waji bin Siti Madya Kusumah
binti Syekh H. Abdul Muhyi
Eyang H. Adam
Eyang H. Na'iim
Eyang H. Amsar
R.H. Abdul Rahman bin R. Yudamanggala
(Camat Karang) bin R. Wirayudha (Wadana Karang) sekitar tahun 1800 M.
R. H. Abdul Mu'min bin R. H. Abdul Rahman
Eyang H. Lamri
R. B. Abdullah
R. H. Abdullah Shaleh bin R. H. Abdullah
R. H. Muhammad Shaleh
H. Muhammad Qasim
M. Syukruddin
Sejak penembahan H. Muhammad Qasim sebutan
penembahan jadi Kuncen. Mengenai identitas penembahan-penembahan di atas yang
diperoleh keterangan hanya seorang yaitu : R. H. Abdul Rahman (Penembahan yang
kelima) yaitu : sebagai berikut :
R. H. ABDUL RAHMAN
Tempat/Tgl. Lahir : Lebaksiuh, 1257 H /
1836 M
Tempat/Tgl. Wafat : Pamijahan, 19-04-1341 H
/ 1920 M
Diangkat menjadi khalifah/Wakil Imam
Penembahan Pamijahan berdasarkan Surat Pengangkatan Bupati Sukapura tertanggal
: 26 Sya'ban 1304 H/1884 M.
Jadi beliau menjadi penembahan selama 37
tahun sejak tahun 1304 sampai 1341 H. Dibawah pimpinan beliaulah yang pertama
membuat benteng makam Syekh Abdul Muhyi yang mulai pada :
Hari/Tanggal : Kamis, 09-04-1314 H. Selesai
pada : Hari/Tanggal : Selasa, 12-06-1414 H. Namun di ketemukan tulisan
peringatan pada papan di atas pintu makam, tertulis angka : 14 - 07 - 1314 H.
Selanjutnya mengenai pemeliharaan,
perbaikan dan perombakan bentuk dan model oleh para penembahan berikutnya
lebih-lebih dimasa pimpinan Bapak Kuncen H. Muhammad Qasim banyak perubahan,
pembaharuan sesuai dengan tuntunan zaman.
Sebagai Tanda Bukti Peninggalan
Kupiah Haji - Baju Kurung - Jubah - Golok
Benda - benda tersebut ada pada Pak Kuncen,
bahkan anjuran dari DEPDIKBUD Sie Kebudayaan benda-benda itu harus dimuseumkan.
Tertib Berziarah
Masuk ke dalam ruangan makam dalam keadaan
berwudhu.
Melaksanakan ziarah pertama menurut
petunjuk pengantar dan setelah usai keluar mencari tempat lain apabila mau
mengadakan kegiatan lain seperti mau membaca Al-Qur'an dan lain sebagainya,
mengenai amalan-amalan yang sesuai dengan ajaran Agama Islam, karena di tempat
itu hanya khusus untuk berziarah pertama.
Ruangan wanita disediakan khusus sebelah
timur kuburan/dengan dibuat ruangan khusus tertutup sebagai pengaman bagi kaum
wanita.
Musholla ada disebela utara dari kuburan.
Ruangan lainnya untuk tempat pria selama
mereka masih berada di makam untuk melaksanakan amalan-amalan lainnya terutama
perbanyaklah membaca Al-Qur'an.
Dilarang dengan sengaja membiasakan makan-makan
terutama memasak dikitar lingkungan makam, kecuali bagi mereka yang berpenyakit
telat makan dipersilahkan makan makanan ringan.
Dilanjutkan dengan Kisah Para Wali yang
lainnya..................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar